sapaan

ASSALAMMUALLAIKUM

SELAMAT MENIKMATI

Jumat, 25 November 2011

PROSPEK DAN PERSIAPAN BAHAN TANAM KAKAO



 (Theobroma cacao L.)
A.    PENDAHULUAN
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
Jenis kakao yang paling banyak ditanam untuk produksi coklat secara besar-besaran ada 3 jenis, yaitu:
1.      Jenis Criollo, jenis ini menghasilkan biji coklat menghhasilkan biji coklat yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai coklat mulia, fine flavour cacao, choiced cacao, edel cacao. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit bijinya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah.
2.      Jenis Forastero,  biji coklat yang mutunya sedang atau bulk cacao. Bijinya berwarna hijau dan kulitnya tebal. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah.
3.      Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis triolo dengan jenis forastero dengan jenis secara alami sehingga jenis ini sangat heterogen. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah.
B.     ISI
  1. Prospek Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.         
Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) pada tahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003. Tergesernya posisi Indonesia tersebut salah satunya disebabkan oleh makin mengganasnya serangan hama PBK. Di samping itu, perkakaoan Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain: mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara. Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.
Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan mampu menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao.
Untuk mencapai sasaran produksi tersebut diperlukan investasi sebesar Rp 16,72 triliun dan dukungan berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dana investasi tersebut sebagian besar bersumber dari masyarakat karena pengembangan kakao selama ini umumnya dilakukan secara swadaya oleh petani. Dana pemerintah diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang baik dan dukungan fasilitas yang tidak bisa ditanggulangi petani seperti biaya penyuluhan dan bimbingan, pembangunan sarana dan prasaran jalan dan telekomunikasi, dukungan gerakan pengendalian hama PBK secara nasional, dukungan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan industri hilir.
Beberapa kebijakan pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan agribisnis kakao 5 sampai 20 tahun ke depan antara lain: Penghapusan PPN dan berbagai pungutan, aktif mengatasi hambatan ekspor dan melakukan lobi untuk menghapuskan potangan harga, mendukung upaya pengendalian hama PBK dan perbaikan mutu produksi serta menyediakan fasilitas pendukungnya secara memadai.
  1. Persiapan Bahan Tanam
Tanaman kakao yang akan diambil bibitnya atau benihnya sebaiknya dari kebun induk, yang mempunyai sifat-sifat:
a.       Kondisinya sehat
b.      pertumbuhanya normal dan kokoh
c.       menghasilkan produksi yang tinggi antara 70-90 tongkol per pohon pertahun
d.      berumur antara 12-18 tahun
Pengembangan tanaman kakao dapat dilakukan dengan biji atau benih (generatif) dan dengan  stek atau cangkok (vegetatif). Pengembangan secara generatif paling sering dilakukan, karena cepat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak. Sedangkan cara vegetatif jarang dilakukan, karena untuk mendapatkan bibit membutuhkan waktu yang cukup lama dan jumlah bibit yang diperoleh sedikit. Untuk mendapatkan bibit yang unggul dapat dilakukan melalui okulasi dan penyusunan.
Kriteria benih kakao yang baik, yaitu benih berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang dipohon). Benih yang cukup tua mempunyai tanda-tanda warna kuning, jika buah digoncang-goncang timbul suara dan jika buah diketuk-ketuk dengan tangan suaranya bergema.
Cara pengambilan benih kakao dilakukan dengan pisau atau dipukul dengan alat pemukul sampai terbelah. Dapat pula dengan memotong buah secara membujur. Pemotongan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak benih, kemudian benih dikeluarkan atau diambil.untuk mendapatkan benih yang baik hanya diambil biji-bijinya yang ada pada bagian poros atau tengah-tengah buah.
Seleksi benih kakao padamumnya hanya diambil 20-25 butir biji dan dipilih biji-biji yang sehat. Biji yang terpilih kemudian dibersihkan lendirnya (pulp) dengan cara diremas-remas dengan serbuk gergaji. Kemudian biji tersebut dicuci dengan air dan selanjutnya diremas-remas lagi dengan abu dapur yang telah diayak setelah itu dikeringkan di bawah terik matahari.
Dalam pengemasna benih dilakukan dengan cara menyampur benih yang sudah kering dengan serbuk arang dan dikemas dalam kantung plastik dan diberi lubag-lubang. Dalam satu kantung plastik, diisi benih sebanyak 500 butir atau sekitar 1 kg. Kantong plastik yang berisi benih tersebut kemudian diatur di dalam kotak karton dan setiap kotak karton diisi 5-6 kantong plastik.
Penyimpanan dan pengangkutan benih paling lama 3 minggu setealh pemetikan, oleh karena itu benih yang sudah disiapkan tidak boleh terlalu lama disimpan. Agar benih tidak rusak maka harus ada komunikasi antara penyalur dengan pemesan benih. Setelah benih sampai tujuan, harus langsung dikecambahkan (disemaikan).





DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. file:///G:/TBT.htm. Teknik Budidaya Kakao Diakses pada tanggal 5 Mei 2010 pukul 09.00 WIB.

Anonim. 2009. file:///G:/prospek-kakao.html. Prospek Kakao Diakses pada tanggal 5 Mei 2010 pukul 09.00 WIB.

Disbun Jabar. 1995. Vadenicum Budidaya Kakao (Theobroma cacao L)

Sunanti, Harta. 1992. Cokelat Budidaya. Kanisius. Jogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar