sapaan

ASSALAMMUALLAIKUM

SELAMAT MENIKMATI

Jumat, 25 November 2011

PENGUJIAN BENIH


 
   I. Pendahuluan
            Pengujian benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat dipercaya, tentang mutu atau kualitas dari suatu benih.
Dalam proses pengujian benih yang diujikan antara lain viabilitas, benih atau daya hidup benih, struktur pertumbuhan, uji kesehatan benih. Dalam pengujian benih langkah-langkah yang harus dolakukan antara lain (1) pengambilan contoh benih, (2) pengujian kemurnian benih, (3) pengujian kadar air, (4) uji daya kecambah (5) uji kekuatan tumbuh benih atau uji kesehatan benih.
II. Isi
A. Pengambilan contoh benih
sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah menyediakan suatu contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA. Suatu benih yang diuji harus dapat mewakili keseluruhan kelompok benih yag lebih besar jumlahnya.
Ada empat macam contoh benih yang dinyatakan dalamperaturan ISTA yaitu:
1.      contoh primer (primary sample)
adalah benih yang diambil dalam jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk.
2.      contoh pencampuran (composite sample)
adalah semua primer yang dijadikan satu dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak, tray dll) biasanya contoh campuran jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi.
3.      contoh yang dikirm ke laboratorium (submitted sample)
adalah contoh campuran yang telah dikurangi sampai jumlah bert tertentu yang telah ditetapkan dan kemudian dikirim ke laboratorium penguji benih.
4.      contoh uji (working sample)
adalah contoh benih yang diambil dari submitted sample dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium.
cara pengambilan contoh :
1. Pada contoh benih primer
  Contoh benih primer dapat diambil dengan tangan atau dengan seed trier yaitu suatu alat untuk mengambil contoh benih. Apabila menggunakan tangan maka pengambilan contoh benih harus dilakukan pada kedalaman lebih dari 40 cm dari wadah atau bulk.
a) stick trier atau sleeve trier
Untuk pengambilan ontoh benih dari wadah: benih berukuran kecil yang mudah mengalir, menggunakan trier berukuran panjang 762 mm, diameter 12,7 mm dan 9 celah
b) nobbe trier
Alat ini sangat cocok untuk pengambilan benih dari wadah (karung, kantong dll). berukuran panjang ± 500 mm dengan diameter bagian dalam 14 mm untuk benih cerealia dan 10 mm untuk benih clover dan sejenisnya.
contoh benih harus diambil dan bagian atas, tengah dan bawah tempat penyimpanan.
2. Pada contoh benih campuran
Semua contoh benih primer dijadikan satu dan dicampur bersama-sama dalam sebuah wadah, dapat dalam kantong kaleng, kotak atau tray.

3. Pada contoh benih yang dikirim ke laboratorium
   Berasal dari contoh campuran yang telah dikurangi sesuai dengan berat minimum yang telah ditetapkan oleh peraturan ISTA.
4. Pada contoh benih uji
    Berasal dari submitted sample.
B. Pengujian Benih Secara Rutin
         1. Pengujian Kemurnian
a.       Benih murni, meliputi varietas dari setiap species yang diakui sebagaimana yang ditanyakan dari setiap benih yang diuji. Kriteria yang termasuk benih murni adalah benih matang dan tidak rusak, ukuran lebih besar dari setengah dari ukuran asalnya, mengkerut, kurang matang dan sudah berkecambah dalam keadaan dapat ditentukan dengan pasti sebagai spesies yang diakui.
b.      Benih tanaman lain merupakan benih yang jenismya tidak sama. Misalnya benih padi dengan benih gandum
c.       Benih varietas lain merupakan benih tanaman sejenis yang varietasnya berbeda misalnya benih kacang tanah varietas gajah dengan tupai
d.      Biji-bijian herba, merupakan biji dari tanaman lain yang tidak dikehendaki
e.       Kotoran atau benda renik, merupakan benda-benda yang tidak berupa benih. Misalnya kerikil, tanah, sekam dan sebagainya.
        2. Pengujian Kadar Air
a.       Metode Dasar/ tungku/ open, pada dasarnya benih dipanaskan pada temperature dan waktu tertentu atau dipanaskan sampai mencapai berat tetap. Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan dianggap kadar air benih asal.
b.      Metode electric moisture tester, dengan alat ini ditentukan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktivitas dan dialektrik benih keduanya tergantung kadar air dan temperature benih. Penentuan kadar air dengan alai ini dapat berlangsung dengan cepat

      3.  Pengujian Daya Kecambah
Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji. Biji dapat berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum. Akan tetapi bibit tanaman yang berasal dari biji yang sangat muda ini lemah karena:
a.       Berat kering biji rendah
b.      Biji masih kecil
c.       Secara fisiologis biji belum masak
d.      Jaringan penunjang tidak dapat tumbuh dengan baik
       Daya kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan yang sesuai yaitu kelembaban, temperature, oksigen dan cahaya. Substratum perkecambahan adalah suatu bahan diatas mana biji ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Ada beberapa substratum perkecambahan biji yang umum dipakai berdasarkan bahan dan cara pemakaiannya, yaitu:
a.       Pada pasir (PP)
b.      Dalam pasir (DP)
c.       Pada kertas (PK)
d.      Antar kertas (AK)
e.       Pada kertas digulung dalam plastic (Pk Dp)
Menurut ISTA (International Seed Testing Association) penetuan kecambah normal itu berbeda-beda untuk masing-masing jenis biji. Namun secara umumyang termasuk benih abnormal mempunyai ciri:
1)        Tunas keluar terlebih dahulu dari pada akarnya.
2)        Benih sama sekali tidak keluar akar, hanya tunas.
3)        Akar kecambah berbentuk spiral, ujungnya tumpul atau membesar serta mengkilat.
4)        Akar kecambah yang keluar bukan akar utama, melainkan akar sampingnya.

       4. Pengujian kecepatan berkecambah
Pada pengujian kecepatan berkecambah penggunaan cara perhitungan pertama (first count) adalah lazim dilakukan, yang dalam penilaiannya digunakan persentase benih yang berkecambah pada hari ketiga atau keempat setelah tanam. Apabila menurut penilaian ternyata benih yang berkecambah normal adalah sejumlah lebih dari 75% maka benih tersebut tergolong mempunyai kecepatan berkecambah yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antar kecepatan berkecambah dengan vigor tanamannya. Benih dengan kecepatan yang tinggi ternyata tanaman yang dihasilkan lebih tahan terhadap lingkungan kurang baik.
Copeland (1997) telah mengemukakan rumus tentang koefisien perkecambahan dan index vigor beih. Kedua rumus tersebut merupakan hubungan antar kecepatan perkecambahan dan vigor benih.
Adapun rumus tersebut adalah:

Dimana:
C6   = koefisien perkecamahan
A     = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
T      = waktu yang bersesuaian dengan A
n      = jumlah hari pada penilaian

Dimana
Iv     = indeks vigor
G     = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
D     = waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut
n      = jumlah hari pada perhitungan terakhir
       5. Pengujian tetrazolium
Pengujian tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viability benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Karena itu uji ini sering dikenal dengan uji cepat (Quick Test).
Paada uji tetrazolium ini menggunakan garam 2, 3, 5 Triphenyl tetrazolium klaside yang dapat diserap oleh benih. Dalam jaringan yang masih hidup, garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara eurimatik sehingga timbul senyawa fosmoran yang berwarna merah.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40oC, dalam larutan pH 7.
Larutan pHnya 7 maka digunakan senyawa penyangga yakni
KH2PO4 dan Na2HPO4, 2H2O antara 0.5%-1.00%.
Dasar pertimbangan untuk melakukan pengujian tetrazolium adalah :
a.       Pertimbangan waktu yang singkat.
b.      Pengujian untuk benih yang dormansi.
c.       Penilitian benih.
Interprestasi terhadap warna merah yang melambangkan benih masih hidup, tentunya memerlukan pengakuan pengalaman, keterampilan dan kehati-hatian. Warna merah cerah menandakan jaringan masih hidup, warna merah jambu jaringan sudah lemah dan warna merah tua jaringan sudah rusak dan bila tidak berwarna jaringan sudah mati.
Pada dasarnya uji tetrazolium dilaksanakan dalam tiga tahap yakni :
1. Tahap 1 : Pengaktifan enzim dan/atau reaksi dehidrogenase
                    biasanya diperlukan waktu 16 jam,benih benih yang kecil  
                    mengambang dan benih yang besar dibiarkan berimbibisi
2. Tahap 2 : Persiapan benih untuk membiarkan daerah embrionik
                    mudah dimasuki dengan larutan tertazolium
3. Tahap 3 : evaluasi benih
                    Benih yang memperlihatkan bagian-bagian berwarna unggu
                    tua yang lebih lunak dibandingkan jaringan sekitarnya menan
              dakan kemungkinan disebabkan oleh kerusakan mekanis
             Noda yang tidak seragam menunjukan kerusakan yang disebabkan
             oleh pengaruh kelembaban pada saat panen.
C.      Pengujian Benih Secara Khusus
1.         Uji vigor
Dalam terminology vigor, dipisahkan vigor genetic dan vigor fisiologi. Vigor genetic adalah vigor benih dari galur genetic yang berbeda. Vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetic yang sama.
Vigor fisiologi dapat dilihat dari antara lain indikasi tumbuhakar (misalnya pada Red brick Test yang digunakan untuk ketahanan terhadap jaringan), indikasi plumula/coleoptile (misalnya dalam Deep sail test terhdap kedalaman tanam, terserangnya oleh penyakit (misalnya corn cold test terhadap Phytium).
Ciri-ciri benih yang mempunyai kekuatan tumbuh tinggi adalah
a.         Dapat dipakai bila disimpan.
b.        Berkecambah cepat dan merata.
c.         Bebas dari penyakit benih.
d.        Tahan terhadap gangguan mikroorganisme.
e.         Laju tumbuhnya tinggi.
f.         Menghasilkan produksi yang tinggi.
    2. Uji Kesehatan Benih
        A.Tujuan uji kesehatan benih antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui adanya inokulum yang patogenik, sehingga dapat  ditentukan kondisi kesehatan dari kelompok benih.Dimana faktor kesehatan juga merupakan salah satu faktor  penentu nilai lapangan dari benih.
2. Mempelajari penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji daya kecambah



        B. Metode uji kesehatan benih
               1.) Pemeriksaan benih kering                                                              Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa secara kering,apakah tercampur dengan kotoran kotoran seperti sisa-sisa tanaman, insekta, gulma, dan lain-lain.Dilihat juga apakah ada tanda – tanda serangan penyakit, dan dilihat bercak-bercak benih
           2.) Pemeriksaan secara perendaman
                       Metode ini dapat dipergunakan untuk mendeterminasi cendawan yang melekat dan tumbuh pada permukaan benih, seperti Pyricularia spp, Drechsclera spp, Fusarium, Alternaria dan lain-lain. Caranya ialah dengan memasukan sejumlah benih dalam air  kemudian digoyang-goyangkan untuk waktu tertentu . Air cucian tersebut dapat diperiksa langsung dengan mikroskop stereokopik (perbesaran 20-40)
          3.) Pemeriksaan dengan cara inkubasi
a.       Metode kertas, pengamatan biji dan kecambah dilakukan setelah diinkubasikan pada kertas. Kertas yang biasa dipergunakan adalah kertas yang dapat menghisap air. Setelah menjalani masa inkubasi, maka biji dan kecambah diperiksa dengan mikroskop
b.      Metode Ager, biji ditempatkan pada cawan petri, disemaikan dalam ager Mal Exstract Ager (MEA) atau Potato Dekstrosa Ager (PDA).
c.       Metode Inkubasi batu bata, pasir, tanah dan sebagainya, metode ini dapat digunakan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Metode ini dapat dipergunakan menguji fungisida untuk keperluan perlakuaan benih.
d.      Metode Growing on Test, beberapa penyakit yang seed borne memerlukan waktu inkubasi yang lama untuk dideteksi. Dengan demikian akan sulit untuk diketahui dengan metode agar atau kertas.



DAFTAR PUSTAKA

Pujiasmanto, Bambang dkk. 2000. Dasar Dasar Teknologi Benih. Surakarta.UNS
Sutakaria. 1975. Penyakit Benih dan Uji Kesehatan Benih. IPB. Bogor
Sutopo, Lita. Teknologi Benih. 1994. IPB.Bogor